Semua menjadi begitu sulit pada akhirnya, itulah yang aku rasakan sekarang. Aku seperti sudah kehilangan semua kata-kata, akhirnya aku bosan untuk berbicara lagi. Semua seperti tak berarti, aku tidak ingin dikatakan wanita yang tak mempunyai harga diri, karena terlalu banyak mengatakan kata-kata itu lagi.
Yach...semua seperti hanya menunggu waktu, kapan harus berakhir.
Apakah yang salah dalam diriku saat ini, semua tak pernah terpikirkan aku harus hidup dan menghidupi anak-anak sendiri. Seandainya, aku berharap agar waktu aku kembalikan ke masa silam pun tak mungkin kehidupanku akan lebih baik seperti sekarang ini. Aku tak hendak menyesal mengenang kembali masa lalu, karena apapun semua itu hanyalah tinggal kenangan belaka. Aku tak hendak mengingatkan lagi, rasa bahagia dan sedih semua telah berlalu. Namun kini, tak juga hendak berkeluh kesah karena tidak sesuai dengan harapan setelah semua itu kulakukan. Tidak...Tidak...semua aku harus menjalaninya dengan tegar, karena hidup ini adalah pilihanku yang terakhir.
Aku hempaskan badanku dalam kasur empuk yang menanti, aku ingin tidur setelah seharian ini lelah. Aku lipat tanganku di atas kepala, aku kembali merenungi.
"Ach....semua tidak akan menjadi kenyataan"gumamku menghela nafas.
perlahan aku menerawang kembali kemasa lalu.
"Aku ingin menikah denganmu, maukah kamu menjadi isteriku" teringiang semua kata-kata itu 20 tahun yang lalu. Seperti mimpi memang, setelah rasa sakit yang menghantam dadaku sepeninggal pacarku semasa SMA dulu.
Aku terdiam seribu bahasa, karena aku belum terlampau jauh mengenal dia yang akhirnya akan menjadi suamiku kelak.
"Aku hanya menoleh tanpa senyum, karena aku tak mampu menjawab pertanyaan yang tak pernah aku duga sebelumnya" aku sedikit bersandar di sopa ketika itu.
Aku mulai pening mengingatnya kembali, aku memjamkan mata. Semua terbayang, hingga aku terbangun dan duduk di pinggir tempat tidur.
"Kenapa aku gelisah malam ini" gumamku.
Aku kembali merebahkan badanku yang kelelahan, aku ingin tidur ya Allah....jeritku dalam hati, namun mataku tak juga terpejam.
Bunyi dentingan jam dinding terdengar berdetak-detak dalam kesunyian kamarku, aku menolehnya. Jam menunjukan pukul 01.30 wib, aku mulai menguap, mataku mulai berair karena ngantuk, aku tidak mengerti mengapa airmata itu mengalir begitu saja. Tak lama aku sadari, bahwa aku telah menangis seperti hari-hari sebelumnya.
Bismillahi Allahuma Ahya ammut....aku pejamkan mata.
No comments:
Post a Comment