MAKNA QURBAN
Setiap apa yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
pastilah mengandung makna, bukan hanya filsafat yang hampa apalagi sandiwara
yang sia-sia. Dia akan membuahkan nilai-nilai yang berguna baik bagi pribadi
dan masyarakat apabila dilaksanakan secara benar sesuai dengan tuntunan-Nya.
Marilah kita renungi makna yang terkandung dalam qurban ini.
Sebagaimana kita ketahui ibadah qurban ini bermula dari
perintah Allah kepada Nabi Ibrahim agar menyembelih putranya semata wayang Nabi
Ismail as. Dalam hal ini digambarkan oleh sebuah hadits sebagai berikut:
“Para sahabat bertanya, “apakah maksud qurban ini?” Beliau menjawab, “Sunnah Bapakmu, Ibrahim.” Mereka bertanya, “apa hikmahnya bagi kita?” Beliau menjawab, “Setiap rambutnya akan mendatangkan satu kebaikan.” Mereka bertanya, “Apabila binatang itu berbulu?” Beliau menjawab, “Pada setiap rambut dari bulunya akan mendatangkan kebaikan” (HR. Ahmad).
Diriwayatkan oleh para ahli tarikh, bahwa kehidupan Nabi
Ibrahim adalah kehidupan penuh dengan perjuangan, keterlunta-luntaan, jihad dan
perang melawan kebodohan kaumnya, kefanatikan penyembah berhala termasuk
ayahnya sendiri, penindasan Namrudz sedang istrinya sendiri Sarah, yang mandul
adalah seorang ningrat yang fanatik.
Sebagai seorang nabi yang menyerukan Tauhid, Ibrahim
melaksanakan tugas berat dalam sebuah masyarakat yang tiran dan penuh
perlawanan. Namun setelah seabad lamanya menanggungkan segala macam derita dan
siksaan, ia berhasil menanamkan kesadaran ke dalam diri manusia-manusia akan
cinta kemerdekaan dan keberagamaan.
Setelah tua Ibrahim menjadi kesepian. Sebagai manusia ia
ingin mempunyai anak. Istrinya mandul sedang ia sendiri telah berusia seabad
lebih. Ia tidak berpengharapan. Ia hanya dapat mendambakan. Allah akhirnya
melimpahkan karunia-Nya kepada lelaki tua ini karena ia telah mengabdikan
seluruh hidupnya dan karena ia telah menanggungkan penderitaan demi
menyebarluaskan syari’at-Nya. Melalui hamba perempuannya yang hitam dari
Ethiopia yang bernama Hajar, Dia mengaruniai Ibrahim dengan seorang putra,
Ismail. Allah berfirman:
“Maka Kami gembirakan dia dengan seorang anak yang sangat penyantun” (QS. Ash-Shaffat: 101).
Ismail bukanlah hanya seorang putra bagi ayahnya. Ismail
adalah buah dambaan Ibrahim seumur hidupnya. Sebagai seorang putra tunggal dari
seorang lelaki tua yang telah menanggungkan penderitaan berkepanjangan. Ismail
adalah yang paling dicintai oleh ayahnya. Namun tanpa diduga, Ibrahim
diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya, harapan dan dambaan
hidupnya yang paling dicintai itu.
Betapa goncang jiwa Ibrahim ketika menerima perintah ini.
Setelah perintah itu ia sampaikan kepada anaknya dan anaknya menerimanya,
akhirnya kedua hamba Allah ini pasrah melaksanakan perintah Allah ini. Allah
menggambarkan peristiwa yang sangat dramatis ini dengan firman-Nya:
“Tatkala keduanya telah pasrah dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya. Dan Kami panggil dia. “Hai Ibrahim, kamu telah membenarkan mimpi (perintah) itu, sesungguhnya demikianlah Kami membalas kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. Ash-Shaffat: 102)
Kemudian Allah menebus Ismail dengan seekor sembelihan yang
besar dan inilah yang diabadikan dengan syari’at qurban hingga saat ini.
Jadi qurban adalah perlambang kesediaan seseorang untuk
mengorbankan barang yang paling dicintai dalam rangka mengabdikan diri di jalan
Allah.
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rizki yang sebaik-baiknya” (QS. Saba: 39).
Dengan demikian kalau ita mau explore lebih jauh,
makna/hikmah berkurban ada beberapa variable: bersyukur, berbagi dan memerangihawa nafsu.
Semoga kita mampu mengamalkannya, Amin Ya Robbal ‘Alamin.
No comments:
Post a Comment