Kali pertama tahun 2011 ini BKI Janger mengadakan wisata rohani dengan tujuan kota Cirebon sampai Jogyakarta, menyambangi makan wali songo sebagai wujud rasa bersyukur kehadirat Allah SWT, dengan cara menziarahi dan melakukan doa bersama agar para wali mendapatkan kedudukan yang mulia disisi Allah SWT. Karena para wali telah berperan begitu besar dalam menyebarkan dan mensi’arkan agama islam dikawasan pulau jawa yang akhirnya menyebar keseluruh pelosok Nusantara. Selain bertujuan untuk berziarah, BKI mendapatkan amanah memberikan bantuan terhadap pembangunan Mesjid yang tertimpa musibah meletusnya gunung merapi beberapa waktu yang lalu. Bantuan tersebut sebesar sepuluh juta rupiah diserahkan melalui yayasan yang mengelola pembangunan mesjid tersebut. Acara wisata rohani dilaksanakan selama tiga hari tiga malam. Acara ini terselenggara atas dukungan Manajemen dengan memberikan sebagian dana bantuan selama perjalanan.
Hari kedua Jumat tanggal 06 Mei, rombongan istirahat selama satu jam setengah untuk breackfast dan mandi di rumah makan Sinar Pahala, pukul 08.00 wib melanjutkan perjalanan menuju Kudus, di sini rombongan melakukan ziarah ke makam Sunan Muria dan melakukan sholat Jumat. Makan Sunan Muria berada dibukit, di desa Colo kecamatan Dawe kabupaten Kudus. Untuk mencapai kesana kita melakukan perjananan cukup melelahkan, tangga untuk mencapai ke makam terbuat dari batu kali yang agak licin sejauh kurang lebih 500 km, saat lelah menurunkan semangat, kita dapat terhibur dengan peziarah yang sudah sepuh juga pedagang kaki lima yang berjualan souvenir. Bagi peziarah yang tidak kuat untuk mendaki bukit menuju makan dapat menggunakan jasa ojek, selain menghemat energy disuguhi pemandangan yang indah selama perjalanan. Setelah memanjatkan doa dan zikir di makam Sunan Muria rombongan laki-laki melaksanakan sholat Jumat. Pukul 15.00wib Rombongan kembali melanjutkan perjalanan menuju makam Sunan, Kudus Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq. Dia adalah putra dari pasangan Sunan Ngudung, adalah panglima perang Kesultanan Demak Bintoro, dan Syarifah, adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550. Sunan Kudus pernah menjabat sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, dan dalam masa pemerintahan Sunan Prawoto, dia menjadi penasihat bagi Arya Penangsang. Selain sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, Sunan Kudus juga menjabat sebagai hakim pengadilan bagi kesultanan Demak. Dalam melakukan dakwah penyebaran Islam di Kudus, Sunan Kudus menggunakan sapi sebagai sarana penarik masyarakat untuk datang untuk mendengarkan dakwahnya. Sunan Kudus juga membangun Menara Kudus yang merupakan gabungan kebudayaan Islam dan Hindu yang juga terdapat Mesjid Menara Kudus. Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di desa Kerjasan, Kudus Kulon, yang kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus dan masih bertahan hingga sekarang. Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus, Jawa Tengah.Peninggalan lain dari Sunan Kudus adalah permintaannya kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti kurban sapi dengan memotong kurban kerbau, pesan untuk memotong kurban kerbau ini masih banyak ditaati oleh masyarakat Kudus hingga saat ini.
Sebelum melanjutkan berjiarah rombongan mampir ke Rumah Makan Soto Kudus ibu Jatmi Jalan Wahid Hasim untuk makan siang. Selesai makan siang rombongan menjiarahi makam Sunan Kalijaga di Demak. (Baca tulisan tersendiri tentang sejarah hidup Sunan Kalijaga dihalaman lain). Makam Sunan Kalijaga terletak di Kadilangu sekitar 1,5 Km dari Masjid Agung Demak menuju arah tenggara. Makam Sunan Kalijaga banyak dikunjungi peziarah khususnya pada malam Jum'at kliwon. Ditempat ini pula pada tanggal 10 Zulhijah dilaksanakan penjamasan pusaka peninggalan pusaka Sunan Kalijaga.
Menjelang adzan magrib tiba rombongan meninggalkan tempat penjiarahan menuju hotel penginapan Panandaran yang berada di Simpang Lima Semarang. Dihotel ini rombongan dapat melepaskan lelah dengan mandi air hangat pasilitas hotel dan tidur dengan nyenyak.
Hari ketiga Sabtu tanggal 07 Mei, Rombongan ceck out dari hotel pukul 08.30 wib melanjutkan perjalan menuju Jogyakarta. Di Jogyakarta tidak lagi untuk berjiarah, rombongan rekreasi mengunjungi Candi Prambanan. Karena candi inipun adalah bagian dari sejarah bangsa kita yang patut kita lestarikan dan untuk diketahui keberadaannya. Pukul 15.00 wib rombongan menuju Prambanan, namun candi dalam perbaikan karena banyaknya candi yang sudah mulai rusak. Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.
Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Karena hari menjelang sore, langit agak mendung ketika rombongan meninggalkan Prambanan menuju hotel penginapan terakhir untuk beristirahat. Hotel tujuan adalah Ruba Graha yang berada tidak jauh dari pusat keramaian Jogya, Malioboro. Sebelumnya rombongan makan malam di rumah makan khusus masakan Jogya yaitu Gudeg, sambil menikmati makanan Panitia dari BKI menyerahkan santunan bantuan pembangunan mesjid korban merapi sebanyak 10.000.000,00 (Sepuluh juta rupiah) kepada yayasan…….setelah itu rombongan menuju hotel yang sudah dipersiapkan. Rombongan beristirahat dengan nyenyak melepasan kelelahan, namun sebagian rombongan masih menikmati suasana Jogya malam hari sambil membeli buah tangan untuk teman, sanak saudara di Tangerang. Menjelang siang pukul 08.30 wib hari Minggu rombongan bertolak menuju Tangerang. Sayonara Jogya……
Alhamdulillah wisata rohani berjalan dengan baik, namun waktu yang telah direncanakan tiba di Tangerang pukul 00.00 dini hari, menjadi pukul 09.30 wib, dalam perjalanan pulang terhalang oleh kemacetan karena jalan di Bumiayu longsor sejak awal maret belum rampung masih dalam perbaikan. Rombongan selamat sampai di Tangerang, dan kembali beraktifitas seperti biasa. Insya Allah Panitia dari BKI Wasis Budiyono mengharapkan Wisata Rohani tahun depan ke Surabaya dan mohon doa agar bisa terlaksana. Amin….. (MQ)
No comments:
Post a Comment